Puisi: "Bola Mata"
Kini, bukan sekedar kata-kata
Hanya untaian luka yang terhenti pada bait irama
Irama yang sempat menunjukimu padaku
Irama yang selalu ku madu
Bersama luka, rasa, dan rindu
Bukan mengenang
Hanya merasakan
Hangatnya bola mata yang bersinar di tengah derai rintik hujan
Meleburkan aroma senja
Kita yang saling mengerti
Tanpa saling menebar janji
Kita yang saling membaca
Tanpa saling berbicara
Kita yang sempat
Merasakan indahnya menapaki duri bersama
Hingga gelak tawa mereka menyadarkan
Betapa jauh kita melangkah
Hanya untuk merasakan sakit yang kita palsukan
Untuk apa awan terkejar
Bila akhirnya tersambar petir hingga terkapar
Balikkan badanmu, sayang
Aku pun
Teruslah berlari semaumu
Maka semakin jauh bayang kita tak bertemu
Jika kau rindu
Baurkan anganmu bersama rintik hujan
Hingga kau temukan hangatnya bola mata
Hiruplah segarnya
Kan kau dapati aku disana
Membawamu pada luasnya impian
Atau sekedar
Mimpi yang telah hilang
Bojonegoro, 21 November 2015
Hanya untaian luka yang terhenti pada bait irama
Irama yang sempat menunjukimu padaku
Irama yang selalu ku madu
Bersama luka, rasa, dan rindu
Bukan mengenang
Hanya merasakan
Hangatnya bola mata yang bersinar di tengah derai rintik hujan
Meleburkan aroma senja
Kita yang saling mengerti
Tanpa saling menebar janji
Kita yang saling membaca
Tanpa saling berbicara
Kita yang sempat
Merasakan indahnya menapaki duri bersama
Hingga gelak tawa mereka menyadarkan
Betapa jauh kita melangkah
Hanya untuk merasakan sakit yang kita palsukan
Untuk apa awan terkejar
Bila akhirnya tersambar petir hingga terkapar
Balikkan badanmu, sayang
Aku pun
Teruslah berlari semaumu
Maka semakin jauh bayang kita tak bertemu
Jika kau rindu
Baurkan anganmu bersama rintik hujan
Hingga kau temukan hangatnya bola mata
Hiruplah segarnya
Kan kau dapati aku disana
Membawamu pada luasnya impian
Atau sekedar
Mimpi yang telah hilang
Bojonegoro, 21 November 2015
Penulis: Mona Widya Anggraini
Komentar
Posting Komentar