Puisi: "Ibuku Berteduh Dipayungi Hujan"
Angin masih saja berhembus lara
Membiarkan para gunung terbalut dinginnya
Untuk kesekian,
Kau pula yang memanjatnya
Membiarkan para gunung terbalut dinginnya
Untuk kesekian,
Kau pula yang memanjatnya
Titik
itu masih saja datang
Merintik diantara jaket kumal
Merintik
dengan santainya
Membasuh
sepeda yang dikayuh dengan rasa bimbang
Ah aku tahu,
Muak itu tak lagi beranak
Tatkala terdengar bebek diarak
Melewati jalan dimakan air terdesak
Sekali lagi, aku masih berdiri
Terjaga
bersama pintu yang habis dilumat air
Menantimu
di ujung surub
Dialuni
petir yang berdenting
Diam datang kau mendekap muka masam
Bersama aroma teh berbaur hujan
Bibir pucat tak bergincu
Mencium pipi lembut tak bergaris, ibu
Bojonegoro, 6 Oktober 2016
Penulis: Mona Widya Anggraini
Komentar
Posting Komentar